Mikael Anthony Pamit dan Sentil Komunitas AOV Indonesia

Rendy Lim
18/06/2019 14:53 WIB
Mikael Anthony Pamit dan Sentil Komunitas AOV Indonesia
AOV Indonesia

Bagi kamu yang aktif dalam komunitas Arena of Valor Indonesia pastinya merasakan perubahan yang sangat signifikan belakangan ini. Mulai dari tim-tim besar yang membubarkan divisi AOV mereka, sampai cabutnya para content creator.

Berawal dari GGWP, salah satu pionir tim esports AOV di Indonesia, yang umumkan pembubaran timnya selepas ASL Season 2. Kemudian, AURA dan WAW Esports serta beberapa tim lainnya juga mengikuti jejak GGWP dengan melepas divisi AOV mereka usai gelaran ESL Indonesia Championship. Namun, tidak hanya tim-tim esports yang akhirnya meninggalkan AOV, karena beberapa konten kreator pun mulai mengakhiri produksi video tentang gim yang baru berumur sekitar 2 tahunan ini.

EJ Gaming & Mikael Anthony; Veteran Content Creator AOV Indonesia

Sebut saja EJ Gaming, konten kreator independen yang kemudian direkrut oleh EVOS ini memutuskan untuk berhenti memproduksi video AOV dan fokus ke PUBG Mobile. Selain itu, ada juga Binx, mantan pemain Bigetron yang aktif membagikan ilmunya tentang AOV melalui YouTube juga menyampaikan perpisahannya dengan AOV dua bulan lalu. Baru-baru ini, veteran konten kreator AOV Mikael Anthony juga mengucapkan selamat tinggal melalui video podcast.

Padahal konten-konten kreator di atas sudah mulai memproduksi konten AOV sejak awal gim ini rilis di Indonesia. Lalu apa yang membuat mereka memutuskan untuk 'pensiun'? Mikael Anthony melalui podcast video bersama Anjay Gaming yang diupload semalam (17/6) membahas tentang beberapa alasan mengapa dirinya 'pamitan' dan berhenti memproduksi konten AOV

Sorotan utama pun diberikan kepada komunitas AOV Indonesia. Mikael Anthony menegaskan bahwa perilaku dari para pemain toxic dan komentar negatif menjadi masalah utama menurunnya kualitas komunitas AOV Indonesia. Mikael sempat menyinggung kasus yang dialami oleh Darkbreaker, pro player AOV dari tim Nova Esports yang terkena hujatan netizen Indonesia akibat memberikan komentar tentang posisi tim Indonesia di group stage AWC 2019. 


Menurutnya, salah satu konsekuensi ketika membuat konten video AOV yang penontonnya mayoritas berasal dari Indonesia adalah harus tahan jika mendapat caci-maki. Meskipun pada sisi baiknya yakni para konten kreator tersebut bisa mendapatkan view yang banyak, namun jika mereka sedikit saja salah berucap maka harus bersiap-siap dihujani perkataan toxic oleh orang Indonesia di seluruh media sosial mereka.

Dalam video sentilan ini juga Mikael Anthony membahas tentang jumlah view yang berbeda jauh saat dirinya membuat konten tentang build, guide, atau review hero AOV dibanding dengan video klarifikasi drama. Dirinya mengatakan bahwa kebanyakan pemain AOV Indo tidak suka jika diajarin dan lebih suka melihat drama. Hal ini juga yang mengarahkan kepada mereka yang sering berkata toxic, baik di dalam gim ataupun pada konten-konten AOV.

Sedihnya, perilaku toxic ini tidak akan berubah menjadi lebih baik jika tidak ada kesadaran dalam diri masing-masing. Percuma saja jika Garena selaku publisher AOV di Indonesia melakukan pemblokiran yang keras bagi para pemain toxic jika mereka tidak sadar bahwa apa yang dilakukannya adalah hal yang salah.

AOV Indonesia Server Baratayudha gabung dengan MSP

Sudah saatnya sekarang kita melakukan refleksi terhadap diri sendiri, melihat terlebih dahulu kontribusi yang kita berikan kepada komunitas dan usaha untuk menciptakan lingkungan bermain yang adil dan nyaman sebelum menyuarakan ujaran kebencian. Apalagi yang hanya didasari oleh emosi semata. Yuk, Sobat Esports, kita sama-sama berubah untuk menjadi pribadi yang lebih dewasa dalam berkomentar dan menanggapi segala sesuatu yang kita lihat melalui layar PC atau smartphone.

Kita bisa mulai dengan memberikan dukungan pada segelintir konten kreator yang masih bertahan dan aktif membagikan tips-tips serta hiburan bagi kita semua. Serta tidak lupa dukungan bagi tim-tim esports kita yang bertanding membawa nama Indonesia di ajang internasional. Terakhir, berusaha menciptakan lingkungan bermain yang nyaman bagi semua orang, kamu setuju?