Potret Pilu & Momen Patah Hati di The International 2019

Billy Rifki
28/08/2019 14:11 WIB
Potret Pilu & Momen Patah Hati di The International 2019
youtube, google

Masih dalam suasana The International 9, banyak fans pasti bersuka cita merayakan kemenangan OG sebagai tim pertama yang meraih Aegis of Champion dua kali, dan berturut-turut!

Namun, di balik kemenangan itu, ada momen kesedihan meliputi fans dan tentunya para pemain yang gagal. Gelaran TI sangat penting bagi hidup para atlet DOTA 2 ini, bukan semata uang melimpah yang dijanjikan, namun prestise dan pengakuan sebagai pemain terbaik juga memegang peran tak kalah pentingnya..

Buat Sobat Esports penyuka hal mellow ala drama korea, yuk intip lagi momen-momen sedih para peserta TI9!

- Crying RTZ

Arteezy telah memimpikan gelar TI selama tujuh tahun kiprah kompetitifnya. Namun baru bersama EG di tahun 2014, asa itu rasanya makin mungkin terealisasi.

Umurnya baru 18 tahun, masa depan masih membentang serta skill sedang dipuncak-puncaknya. Dia sukses meraih peringkat tiga di TI pertamanya. Kemudian, TI demi TI berlalu, satu hal yang berulang terjadi. Dirinya tak kunjung raih posisi lebih baik dari peringkat tiga.


Biasanya, di setiap kegagalannya, Artour lekas move on. Entah itu pindah tim atau mencoba bermental positif dengan menertawakan kegagalan tersebut. Namun, tahun ini beda..sebuah video perlihatkan isak tangis sang carry Evil Geniuses ini.

Di TI9, RTZ telah berumur 23 tahun. Usia tersebut tidak lagi belia untuk ukuran atlet esports. RTZ mungkin menyadari mimpinya menjadi juara TI semakin memudar. Dia bukan lagi si hebat RTZ yang bisa me-manta dodge semua serangan. Akhir-akhir ini, dia lebih sering dipermalukan lawan seperti kejadian cliffteezy (menjebak arteezy di tebing sehingga dia tidak bisa kemana-mana).

Wajar RTZ menangis, manakala kenyataan menyadarkan waktunya kian menipis. Mau sampai kapan dirinya berpuas dengan peringkat tiga? Gelar sebagai salah satu pemain terbaik tak banyak bermakna bila tak miliki trofi TI di lemarinya.

- Tangisan Fade

Tim paling dijagokan di Cina, dapat dukungan seluruh fans di Mercedes-Benz Arena, Vici Gaming tak mampu membayar dukungan tersebut dengan prestasi puncak. Mereka dikandaskan Secret pada fase lower bracket dan menjadi wakil Cina ketiga yang kandas di TI9.


Dalam wawancaranya bersama Sheever, terlihat jelas bagaimana sulitnya Fade menahan kekecewan usai tersingkir dari TI9. Meski Fade dan Vici Gaming menyatakan akan kembali tahun depan, namun kenyataan sudah berbicara, Fade memilih pensiun dari kompetitif DOTA 2. Setidaknya sampai tahun depan...

Dia merasa tekanan sebagai pemain sangat membebaninya. Terutama di saat dirinya melakukan banyak kesalahan hingga puncaknya ketika Vici Gaming tersingkir di TI9. Dia ingin kembali menjadi manusia normal dan menikmati bermain DOTA 2 tanpa ada orang yang menuntut ekspektasi lebih dari dirinya.

- Notail dan  Final TI Kedua

Dalam sesi interview usai Notail dan OG memastikan diri masuk ke grand final TI9, atau final TI keduanya, aura emosional begitu terpancar dari Notail. Kaci, sang interviewer dengan pintar menangkap momen tersebut dengan menghindari perilaku hiperaktif yang biasanya ia lakukan.

Kaci memulainya dengan membiarkan Notail meluapkan perasaannya, tentang mencapai final dan bercerita perihal anjing kesayangannya yang meninggal jelang gelaran TI dimulai.


Notail jelas kebingungan emosi apa yang harus dia tunjukkan. Di satu sisi ada sensasi kemenangan sedang membakarnnya, namun kesedihan ditinggalkan 'teman setia' tentu tidak mudah dijalani.

Lalu Kaci mengajukan pertanyaan yang membuat Notail lebih tenang, yakni tentang rekan-rekannya di OG. Notail pun mulai terlihat lebih tenang memikirkan bagaimana loyalitas dan persahabatan yang ia bangun telah membuahkan kesuksesan dan kebahagian dalam hidupnya.

- Liquid Singkirkan Secret

Laga lower bracket begitu krusial bagi tim yang terjebak di sana. Kekalahan berarti mengubur harapan TI mereka. Pertemuan Liquid dan Secret jadi salah satu laga paling dinanti. Perseteruan dua tim terbaik DOTA 2 ini penuh intrik dan sejarah.

Dipimpin oleh dua mantan rekan dan kapten legendaris, Puppey vs Kuroky. Nama terakhir sukses mengantar timnya melaju hingga ke babak final. Akhir permainan ditutup dengan jabat tangan kedua tim, namun tidak bagi para kapten yang telah saling kenal kurang lebih 10 tahun.

Mereka mengakhiri laga dengan sebuah pelukan hangat tanda persahabatan, bahwa persaingan hanya terjadi ketika mereka berada dalam ruang perang. Namun bukan itu momen yang paling menyentuh. Pelukan Puppey-Kuro sudah terjadi sebelum TI9, namun kepedulian anggota Liquid kepada MidOne, midlaner dari Secret memunculkan rasa haru.


MidOne adalah pemain dengan ambisi besar. Dia tak segan menyebut dirinya sebagai pemain terbaik. Tentu kekalahan tersebut sangat berat bagi dirinya. Apalagi bermain di bawah kapten sekelas Puppey yang dikenal cukup keras terhadap pemain. Anggota Liquid mungkin mengetahui beban yang akan diterima MidOne, untuk itu sebuah pelukan dilemparkan oleh Mind_contRoL dan GH kepada MidOne. Sebagai tanda dukungan dan persahabatan.

Itu dia beberapa momen sedih menyayat hati dari 'episode' TI9, Sobat Esports! Apa momen favorit kamu di dari The International 2019?

Upcoming Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Ongoing Tournament Lihat Semua >
Belum ada event
Video Pilihan
Solo MMR
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
This leaderboard is currently unavailable.
Team MMR
1 Team Falcons 1743
2 Xtreme Gaming 1568
3 BetBoom Team 1521
4 Team Liquid 1521
5 CyberBonch-1 1520
6 Gaimin Gladiators 1489
7 Tundra Esports 1480
8 Azure Ray 1465
9 VGJ Storm 1450
10 OG 1441