Dunia Sepakbola Eropa Waspadai Fortnite dan Tay Tay

Ryan Maldini
25/09/2019 14:56 WIB
Dunia Sepakbola Eropa Waspadai Fortnite dan Tay Tay
Fortnite Dianggap Lebih Mengancam Ketimbang Liga Eropa

Bisnis olahraga dunia bisa dibilang sangat bermuara pada perkembangan sepakbola atau liga-liga Eropa, namun asosiasi klub di benua biru tersebut malah lebih 'mewaspadai' keberadaan gim populer bergenre battle royale, Fortnite.

Pada ajang internasional sekelas World Football Summit, 24 - 25 September, di Madrid, yang secara garis besar membahas topik-topik terkini industri sepakbola global dan prospek bisnis ke depannya, pembicara dari European Club Association (ECA) mengungkapkan fakta menarik bahwa liga-liga sepakbola di luar Eropa bukanlah pesaing utama mereka.

"Salah satu tantangan bagi industri kita adalah pecinta sepakbola yang kian menua dan alih selera kelompok lebih muda," ujar Charlie Marshall, selaku Managing Director di European Club Association (ECA), via AS.com. "Ada perubahan mendasar pada cara anak muda menanggapi konten yang cocok baginya. Bagaimana mereka menghabiskan waktunya sudah berubah. Kompetitor kami bukanlah liga sepakbola lain, melainkan Taylor Swift dan Fortnite."

Seyogianya, masalah gim hampir tak pernah terngiang di acara 'seserius' ini, karena sepakbola jadi olahraga global terbesar, bahkan nilainya masih dua kali lipat dari penantang terdekatnya (kompetisi NFL). Dari industri global sepakbola, liga Eropa merupakan pangsa pasar terbesarnya, di mana ECA sebagai juru bicara klub-klub sepakbola terkaya di Eropa (keseluruhan 246 klub anggotanya, dari 55 negara).

Hal ini senada pula dengan kekhawatiran yang dicuatkan oleh pemilik klub Liverpool, medio Januari silam, ketika sampaikan rasa prihatin bahwa Fortnite akan 'mencuri' para fans setia mereka, khususnya dari kalangan milenial.

"90 menit adalah waktu yang lama bagi seorang pria milenial untuk habiskan waktu duduk di sofa," tandas Peter Moore, CEO of Liverpool Football Club, dalam wawancaranya bersama Arabian Business, via DotEsports. "Kita ini berada dalam industri yang harus sigap teknologi guna menjamin bahwa kita tidak kehilangan satu generasi anak muda yang belum miliki rasa cinta sepakbola. Kita butuh mengemas konten menarik dalam durasi 60 - 90 detik untuk tetap menjaga minatnya menonton."

Uniknya, kita sebagai penikmat esports malah begitu getol memimpikan industri semaju sepakbola global, padahal mereka sendiri ketar-ketir dengan pasar fans esports. Siapa butuh siapa, kan? Saat ini, mereka masih di atas, tunggu tanggal mainnya saja, dunia gim dan hiburan (musik) siap merajai masa depan, setuju Sobat Esports?