Realitas Pro Gamer dari Kacamata Mantan Pelatih KT Rolster

Rendy Lim
30/12/2017 14:00 WIB
Realitas Pro Gamer dari Kacamata Mantan Pelatih KT Rolster
Google Images

Lee Ji-hoon a.k.a Fifa-hoon adalah mantan pelatih dari tim League of Legends Korea, kt Rolster, yang beberapa saat lalu memenangkan KeSPA CUP. Fifa-hoon mengisi kursi pelatih di kt Rolster selama 3 tahun, sejak tahun 2014, dimana kemudian dirinya memutuskan untuk keluar di bulan Oktober lalu, karena menganggap gagal membawa timnya berprestasi di tahun ini.

Fifa-hoon memulai kesannya terhadap pro gamer dengan menyebutkan nama-nama pemain populer seperti Lim Yo-hwan, Hong Jin-ho, Lee Young-ho, Jang Jae-ho, Lee Sang-hyeok, sebagai pro player yang sukses dalam karirnya. Namun, dirinya juga membandingkan mereka dengan para pemain lain yang ia kenal dan berpotensi sama besarnya namun tidak punya kesempatan dikenal oleh publik, ataupun mendapat debut di kancah pro.

Dengan talenta dan potensi yang mereka miliki, seorang player harus menghabiskan waktu yang tak terhitung lamanya dan usaha untuk mencapai posisi tersebut. Namun ada juga player yang tidak memiliki talenta bagus namun dapat sukses dengan disiplin kuat dan usaha keras. Sebagai orang yang telah berada di dunia eSports dari awal, dirinya ingin menyampaikan satu-dua pesan bagaimana menjadi seorang pro gamer yang baik.

Realitas yang Keras

Saat ini, dunia eSports sedang berkembang dan dapat terlihat banyak sekali pro gamer yang mencapai masa keemasannya. Hal ini membuat semakin banyak orang ingin menjadi gamer profesional. Jika terpantau memiliki bakat bermain game di sekolah atau lingkungannya, maka orang-orang pun mulai menghasutnya untuk menjadi pro gamer. Beberapa orang yang belum paham akan realitas keras yang akan mereka jalani, langsung pergi ke orang tuanya dan menyatakan mereka akan berhenti sekolah untuk menjadi gamer profesional gamer.

Fifa-hoon mengatakan bahwa mayoritas dari mereka yang berucap demikian sangatlah egois. Mereka tidak sepenuhnya berhenti sekolah untuk berdedikasi menjadi pro player, namun hanyalah remaja yang senang bermain game dan ingin diperbolehkan bermain game semalaman. Hal ini dikatakannya bukan untuk menghancurkan usaha dan passion mereka, namun mencela keputusan yang diambil oleh para remaja ini dengan pikiran mereka yang belum matang.

Banyak orang yang bertanya padanya, apakah dirinya akan membiarkan anaknya menjadi professional gamer. Dan dengan tegas Fifa-hoon mengatakan “No, NEVER” karena terlalu banyak hal yang perlu dipikirkan dalam usia yang sangat muda serta banyak rintangan yang harus dilewati untuk dapat sukses. Semua itu bukanlah hal yang bisa diputuskan secara sepihak.

Hal ini juga diakibatkan karena dirinya khawatir dengan orang-orang yang mungkin frustasi dengan keinginan mereka sendiri hingga melakukan kesalahan dalam mengambil keputusan. Mengetahui kapasitas diri dan memiliki rencana yang jelas kemudian menyampaikannya secara detil mengenai impianmu kepada orang tua dan guru sangatlah penting. Hal ini juga berlaku pada pro gamer yang aktif saat ini, banyak player yang sudah berada pada posisi atas ataupun yang baru berkecimpung, semua ingin sukses dan seperti yang kamu ketahui, lingkungan professional gaming sangat penuh dengan persaingan ketat.

Banyak pemain profesional lama yang paham dengan posisi mereka saat ini dan mengambil tantangan pada tempat lain untuk sukses. Semua orang di sini memiliki hal yang sama yakni beradaptasi dengan semangat dan usaha dalam tantangan baru yang mereka hadapi. Tentu saja, sukses menjadi gamer profesional adalah hal yang membanggakan, namun juga tidak perlu kecewa jika nantinya tidak menjadi yang terbaik di Korea atau dunia sekalipun. Cukup tanamkan dalam diri bahwa segalanya mungkin untuk dicapai dengan sikap dan usaha baik.

Pengorbanan untuk Kesuksesan

Fifa-hoon sangat bangga melihat professional gamer di Korea, dan berpikir mereka telah melakukan pekerjaan yang bagus dan membanggakan. Namun dirinya juga merasa sedih karena mereka harus mengorbankan banyak hal. Mereka tidak pergi rekreasi atau menikmati dunia sekolah atau bahkan merasakan romansa cinta semasa sekolah. Saat dimana mereka seharusnya menghabiskan waktu dengan teman sebaya atau keluarga, mereka harus mengorbankan waktu tersebut untuk berlatih di booth camp dengan berbagai kegiatan yang stressful. Walaupun ini sudah menjadi pilihan mereka sendiri, namun mereka masih berada pada umur yang sangat muda di mana mereka dapat lebih memikmati kehidupannya.

Mereka mungkin ingin merasakan memiliki pacar, bepergian dengan teman, clubbing, namun hal itu mungkin harus mereka singkirkan karena takut rival tanding sedang latihan keras saat mereka bersenang-senang.

Bertanggung Jawab

Para player merupakan wajah dari tim yang diwakilinya, harus selalu merendah dan memberikan contoh yang bagus dengan banyaknya fans yang mendukung mereka. Bahkan ketika kecapaian dan kelelahan, kamu hanya bisa mengambil istirahat sejenak kemudian kembali berdiri di atas kaki kita sendiri. Jika ingin mengeluh seperti bocah kecil, masih belum telat, silahkan keluar.

Ini merupakan jalan yang sangat-sangat sulit untuk diambil. Jika kamu sukses melewati semua rintangannya, akan berbuah kesuksessan dan hadiah yang menanti pada ujung perjalananmu. Ini adalah realitas akan jalan yang ingin kamu tempuh. Sebagai mantan pemain profesional dan pelatih, dirinya selalu mendoakan para pemain agar bisa sukses.

Hal yang paling penting, agar bisa membuat mimpi kamu menjadi nyata, kata kunci pertama adalah SIKAP. Kamu adalah pahlawan dan juga masa depan bagi seseorang, dan tanamkan rasa tanggung jawab tinggi dan punya kebanggaan dengan apa yang kamu kerjakan. Dirinya menghargai semua usaha dan kerja keras serta waktu yang sudah dihabiskan oleh mereka, para pro player muda yang meniti karir sebagai pemain pro.

Di bagian penutup dari pesan-pesan realitas bagi mereka yang ingin menempuh perjalanan hidup sebagai player profesional, Fifa-hoon memberikan pertanyaan yang sangat menggelitik, “Kapan Faker akan mendapat pacar?” dan “Kapan coach Kim Jeong-gyun (kkOma) akan menikah?