Kiblat Negara Pionir eSports yang Perlu Ditiru Indonesia

Billy Rifki
08/08/2018 15:32 WIB
Kiblat Negara Pionir eSports yang Perlu Ditiru Indonesia
The Local

Esports sudah jadi fenomena budaya terbaru di abad milenial, tak terkecuali Indonesia. Meski begitu, perkembangan eSports nasional masih terbilang muda dan belum begitu solid. Dengan mimpi untuk menjadikan eSports sebagai jenis olahraga masa kini, beberapa bahkan percaya dengan masa depannya sebagai karir. Jadi tak ada salahnya melihat perkembangan eSports di salah satu negara pionir digital sports dunia : Swedia.

Negara yang masuk dalam wilayah Skandinavia ini cuma memiliki populasi sebanyak 10 jutaan jiwa berdasarkan data dari World Bank, namun bila kita rajin mengikuti ajang-ajang eSports diseluruh dunia selalu ada perwakilan dari Swedia dan prestasi mereka tidaklah medioker. Apa yang menyebabkan eSports Swedia lebih maju dalam hal prestasi, dukungan terutama minat dari para pemudanya untuk terjun ke dunia eSports? Setidaknya ada lima alasan yakni :

1. Budaya Bermain Game yang Kuat dan Mengakar

Sekilas memang menyentil gemar tidaknya main game, anak-anak Indonesia pun sering, namun seberapa mainstream kita memainkannya adalah hal berbeda. Saat ini, eSports telah menjadi bisnis yang meledak bahkan sejak tahun 1990an, pemain Swedia telah berpartisipasi dalam turnamen Quake tingkat dunia dengan mengirimkan Oskar "LakermaN" Ljungstörm yang digadang-gadang sebagai pemain Quake terbaik.

Di cabang Counter Strike ada Emil "HeatoN" Christensen yang kini berusia 34 tahun juga dikenal sebagai salah satu pemain CS terbaik sepanjang masa. Ia lekat dengan brand Ninjas In Pyjamas karena ia adalah mantan kapten yang sekarang menjadi manajer tim Swedia tersebut.

Prestasi yang sudah bersinar di jaman-jaman tersebut harus di lihat dari proses tahun-tahun sebelumnya yang berarti pemuda-pemuda Swedia sudah banyak bergelut di level kompetisi tertinggi dunia. Tak ayal, pemerintah sana tampak mendukung kinerja dari para player dengan infrastruktur yang memadai seperti koneksi internet yang paling gahar saat itu dibandingkan negara-negara lainnya.

Di tahun 1900, Swedia sudah memiliki jaringan telpon lebih banyak dari London maupun Berlin. Pada tahun 2001, pemerintah punya program untuk mengkoneksikan 9 juta penduduk Swedia dengan internet di tambah memberikan keluarga-keluarga disana desktop computer yang terbebas dari pajak. Artinya akses ke teknologi sangat terjangkau sehingga semua kalangan bisa menikmati. Jadi tak aneh bila pemuda-pemuda Swedia sudah bisa mengakses game dan bermain genre "eSports" sejak dini, tentunya diiringi dengan edukasi memadai dan gratis disana.

2. Banyak Pemain Profesional yang Berhasil dan Jadi Idola

Selain dua pemain yang di atas, tentu dari cabang lainnya kita masih mengenal pemain Swedia dengan reputasi disegani seperti pilar juara The International 3, The Alliance yang terdiri dari barisan pemain Swedia mulai dari Jonathan "Loda" Berg sampai Gustav "s4" Magnusson. Dibelahan dunia lain ada nama Johan "PieLieDie" Aström yang bermain untuk Fnatic.

Akar FPS Swedia lahirkan tak cuma satu legenda CS tapi ada beberapa lagi misalnya Patrik "f0rest" Lindberg, yang kala membela Fnatic di medio 2006-2010 mencetak rekor sebagai tim dengan pendapatan turnamen terbanyak berkat penampilan dominan mereka di banyak kejuaraan. Tak cuma cowok loh, gamer cewek dari Swedia juga punya reputasi seperti Zainab "zAAz" Turkie dikancah CS:GO. Jadi muda-mudi Swedia punya banyak panutan untuk mereka tiru bahkan lampaui prestasinya dengan gejolak eSports yang makin tahun makin meroket.

3. Kompetisi eSports di Swedia jadi Tontonan Penting

Dari sekian banyak penduduk Swedia, baik muda dan tua semua menggemari tontonan berbau eSports. Sebuah studi menunjukan di awal 2018 bahwa Swedia adalah pangsa pasar eSports terbesar kedua di Eropa untuk konsumsi eSports yang termasuk diantaranya penjualan tiket turnamen, merchandise, sponsorship dan viewership dilaporkan mencapai nilai investasi sebesar 250 juta Swedish Krona atau sekitar 400 milyar Rupiah lebih.

Mereka tak cuma menonton tapi mau membayar untuk tontonan tersebut sebagai bagian dari proses belajar dan tentu saja hiburan. Hal ini tentu masih jadi kemirisan di dunia eSports nasional karena banyak statement negatif justru terlontar dari para penikmat gratisan. Ketika para penggiat yang terjun langsung mencoba sekuatnya menciptakan event berkelas sekaligus mendorong industri eSports nasional, kritik tanpa poin menjurus bualan menggambarkan masih minimnya apresiasi bagi penggiat eSports tanah air.  Tapi semoga pejuang-pejuang eSports baik itu atlet, organizer, media,  talent dan semua aspek yang ada didalamnya bisa berkembang, belajar dan semakin solid untuk iklim eSports yang lebih baik di Indonesia

4. Swedia Jadi Lokasi Festival eSports Terbesar Dunia

Tentu dengan sejarah dan apresiasi masyarakat yang besar terhadap dunia game, kompetitif khususnya. Swedia memiliki lokasi-lokasi premium yang bisa dikatakan sebagai kiblatnya festival game dunia. Sebut saja DreamHack, festival digital terbesar dunia dengan budaya gaming termasuk didalamnya.

Dengan akarnya yang berasal dari Swedia, dua daerah di sana yakni Stockholm dan Jonkoping jadi lokasi istimewa penyelenggaran DreamHack walau tempat-tempat lain di luar Swedia juga kerap disambangi. Euforia bukan cuma dikalangan para antusias budaya pop saja, para penduduk lokal di kota Jonkoping sangat mendukung acaranya ini karena mendorong ekonomi setempat untuk maju.

Indonesia pun harus semakin gencar mempromosikan daerah-daerahnya, baik di lokasi wisata begitu juga pusat kota yang punya aksesibilitas lebih baik. Tentu permodalan untuk memperbaiki infrastruktur juga harus dipersiapkan agar tak memalukan nantinya. Mencari kepercayaan organizer luar maupun organizer lokal membuat turnamen di Indonesia berkesan sekaligus memberi nuansa wisata pastijadi daya tarik yang membedakan turnamen di Indonesia dan di luar. Tentu harapannya Indonesia bisa menyelenggarakan acara sebesar DreamHack bahkan yang lebih besar lagi.

5. Jadi Pilihan Karir yang Pasti

Di Indonesia, eSports sebagai jenjang karir masih menuai banyak keraguan. Orangtua sebaik-baiknya pasti memberi pilihan seperti selesaikan sekolah dulu dan lain hal. Berbeda dengan situasi di Swedia yang akses edukasi sudah sangat terbuka dan terjangkau berkat program internet dan komputer tadi. Bahkan di sekolah-sekolah pun memang disediakan mata pelajaran gaming, bukan cuma tingkat dasar tapi sampai yang tingkat lanjut di universitas-universitas.

Penduduk sana tak perlu contoh lagi tentang kisah sukses anak muda yang jadi milyarder berkat bermain game. Nama-nama yang sudah disebutkan diatas bahkan tak semuanya tertulis sudah jadi gambaran bahwa karir di dunia eSports sangat terbuka untuk ditekuni secara serius. Di Indonesia bukannya tanpa harapan, beberapa sudah tunjukan potensi bahkan jumlah kekayaannya sudah mencengangkan banyak pihak.

Yang perlu dilihat, bermain game, atau gaming, atau dalam konteks eSports tidak hanya menyoal menang kompetisi, tapi itu membuka banyak jalan popularitas dan keberhasilan yang tidak terduga. Apalagi masih minimnya jumlah talent yang ada di Indonesia dan riak turnamen yang masih menggeliat. Proyeksi eSports Indonesia kedepannya dipastikan akan makin maju dan kamu sebaiknya tidak ketinggalan kereta karir masa depan.

So, kira-kira kapan eSports Indonesia bisa seperti eSports di Swedia ya?