Dukungan Berbalut Kekecewaan Komunitas FIFA Indonesia di AG 2018!

Christian Ponto
16/05/2018 15:14 WIB
Dukungan Berbalut Kekecewaan Komunitas FIFA Indonesia di AG 2018!
Saring Pendapat Komunitas Gamer Indonesia di Asian Games 2018

Kenyataan bahwa untuk genre sport dari cabang game ekshibisi di Asian Games ternyata jatuh kepada Pro Evolution Soccer (PES) sudah mutlak tanpa bisa diganggu gugat lagi. Apakah hal ini bakal menyurutkan bentuk dukungan apapun yang bisa diberikan oleh gamer pecinta genre olahraga lainnya, seperti misalnya komunitas game FIFA di Indonesia?

Terkait hal itu, kami menghubungi Achmad 'Fadh' Karim, salah satu gamer FIFA pentolan asli Indonesia yang telah banyak menuai prestasi nasional, bahkan kerap tampil membela nama bangsa di kancah internasional, untuk melihat pandangan pribadinya atau mewakili opini sebagian besar komunitas gamer FIFA di Indonesia.

"Pertama, saya agak kecewa karena FIFA gak masuk Asian Games, karena dari info awalnya yang direncanakan sebagai game ekshibisi adalah FIFA," ungkap Fadh Karim, ke Esports.ID via pembicaraan telepon. "Dan, jujur saja, pemain berbakat di FIFA sangat banyak serta mampu bersaing di ranah Asia."


Achmad 'Fad' Karim, Pro Player FIFA Indonesia

Soal talenta dan prestasi, tidak hanya sosok Fadh Karim yang telah begitu mendominasi persaingan lokal serta langganan wakili Indonesia di kompetisi internasional (ESWC), karena baru saja kita mendapat kabar istimewa bagaimana bakat muda FIFA Indonesia mampu bicara banyak di ajang PlayStation League Asia (PLA) 2018, dan kini menatap peluang tembus arena lebih prestius di FIFA 18 Global Series Playoff.

"Contohnya Ega Rahmaditya yang berhasil menjuarai PLA 2018, dengan mengalahkan Korea Selatan, Singapura, Hong Kong, dan Malaysia," tambah Fadh. "Sepengetahuan saya juga, game FIFA itu lebih populer ketimbang PES, karena kejuaraan dunia dari FIFA sangatlah besar."

Peran aktifnya di komunitas gamer FIFA Indonesia, maka Fadh juga terima banyak keluhan dari sebagian besar player yang juga tidak menyangka pilihan game ekshibisi bergenre sport di Asian Games adalah PES. Dirinya hanya bisa menjelaskan bagaimana keputusan ini diambil oleh pihak AeSF, sementara belum diketahui andil dari IeSPA untuk memperjuangkan beberapa cabang eSports populer.

"Meski sebagai pro player FIFA, saya jelas kecewa, tapi tetap berharap dengan adanya wakil eSports lokal di kejuaraan resmi seperti Asian Games bisa lebih memperkenalkan Indonesia sebagai salah satu negara berpotensi besar dalam perkembangan eSports dunia," tutup Fadh.

Selain Fadh, kami juga menghubungi Ega 'Eggsy_UG' Rahmaditya untuk menanyakan opininya berkenaan pemilihan PES sebagai game ekshibisi di AG 2018. Sosok Ega yang merupakan bakat muda berprestasi dari komunitas FIFA Indonesia dengan pencapaiannya menjadi juara di ajang PlayStation League Asia 2018, memiliki pandangan tersendiri.


Ega 'Eggsy_UG' Puncaki FIFA 18 PLA 2018

"Pertama sih sebagai bagian dari komunitas player FIFA di Indonesia pasti sangat kecewa, karena FIFA sendiri lebih populer dan besar namanya di dunia," ujar Eggsy. "Secara global, menurut saya, FIFA lebih kompetitif dari segi turnamennya. Begitu pula sisi viewers / penikmatnya melampaui game PES."

Mungkin pertimbangan yang bisa menjadi tolak ukur untuk pemilihan game ekshibisi pada event serupa berikutnya. Tapi kenyataannya kini, sejumlah game sudah terpilih dan jadi cabang olahraga ekshibisi untuk Asian Games 2018.

"Sudah wajar ya, karena prestasi dalam bidang eSports ini di Asia sudah sangat banyak. Dari cabang mana pun terbukti kalau eSports amat bergengsi. Dalam tahun-tahun terakhir ini, banyak player dari berbagai umur yang mencapai prestasi membanggakan di eSports," tandas Ega. "Bagi saya, sudah senang dan bersyukur karena di usia saya yang masih muda ini bisa membuat hobi kesenangan jadi sesuatu prestasi dan menghasilkan uang."

Meski pada hakekatnya, para player FIFA di Indonesia menyatakan kekecewaan, tapi intinya mereka juga senang dengan fakta hadirnya eSports di Asian Games 2018, sebagai sarana mempromosikan potensi atlet lokal dan pengakuan dunia luas terhadap kemampuan Indonesia dalam menyelenggarakan turnamen game antar negara yang berkualitas nantinya.

Berkah 'Legacy of WE' dan Apresiasi Bagi Komunitas PES yang Terus Berkreasi!

Tak bisa dipungkiri warisan sejarah begitu menjamurnya Pro Evolution Soccer akan identik dengan kepopuleran Winning Eleven saat zaman PS2 sangat booming. Ini pula yang dipercaya menjadi penyebab kenapa banyak negara Asia masih merekomendasikan PES sebagai pilihan game ekshibisi di Asian Games 2018.

"Kalau di Asia, saya masih percaya bahwa PES lebih populer dengan adanya legacy winning eleven dari zaman PS2 ramai dimainkan, termasuk di Indonesia, apalagi di daerah-daerah," ungkap Valentinus Sanusi, perwakilan Liga1PES Indonesia. "Pastinya bangga dan excited banget, kami semua sudah tidak sabar untuk bisa melihat langsung event-nya di Jakarta nanti."


Valentinus Sanusi, Liga1PES Indonesia

Alasan di balik pemilihannya pun tidak lagi sebatas kepopuleran salah satu game, tapi bentuk apresiasi buat para pecinta PES yang tetap setia bermain. Termasuk para organizer yang terus tunjukkan komitmen untuk mengadakan turnamen PES di segala pelosok negeri.

"Di sisi lain, Liga1PES Indonesia yang menjadi bagian dari komunitas turut bersyukur kalau PES akhirnya terpilih sebagai wujud apresiasi terhadap semua loyalitas serta komitmen seluruh pecinta PES Indonesia," tutur Valen menambahkan. "Termasuk player di Asia yang terus berkreasi membangun komunitasnya, tidak hanya sekedar bermain fun tapi juga berprestasi di ajang eSports."

Player pro PES sendiri sudah buktikan mampu berbicara banyak di kancah Asia, terlebih saat berpartisipasi di acara WESG 2018, bulan Maret kemarin. Saat itu, Indonesia yang diwakili oleh tandem maut, Batara Riasta dan Lucky Ma'arif (Surabaya Gaming Team), cukup mendominasi dan tampil membanggakan dengan torehan juara dua dan ketiga.


Dominasi Indonesia di WESG 2018, Batara (Runner Up) & Lucky (Juara Ketiga)

"Kalau bicara skill, pemain asal Indonesia cukup diperhitungkan terlebih dari prestasi beberapa bulan terakhir di Thailand (PES League Asia 2v2) dan Cina (WESG 2018), kita mampu juara 2 berturut-turut," papar Lucky Ma'arif. "Meskipun belum sampai meraih juara 1, setidaknya kita sudah buktikan bahwa Indonesia bisa bicara banyak di Asia."

Batara Riasta menyampaikan pula pandangannya bahwa komunitas PES Indonesia perlu bersyukur bisa tampil di ajang multi-event sekelas Asian Games, serta prospeknya bagi para atlet muda di Indonesia untuk mulai meniti karir dalam eSports ke depannya.

"Dari pandangan saya, event ini sangat bergengsi, dan PES sangat beruntung bisa masuk Asian Games, meski baru sekedar ekshibisi," jelas Batara Riasta. "Semoga bisa berikan secercah harapan buat atlet lokal untuk berkarir di game ini, karena banyak anggapan bahwa game yang menghasilkan uang besar adalah game PC atau mobile."


Batara & Lucky bersama komunitas PES Indonesia

Sebenarnya dia pun tak begitu mempedulikan game apa yang akhirnya dipilih oleh pihak penyelenggara sebagai cabang ekshibisi, intinya ada event untuk player Indonesia bisa tunjukkan prestasi dan harumkan nama bangsa.

"Pemerintah harus mulai mengapresiasi sejumlah player Indonesia yang unjuk prestasi setelah tampil baik atas nama Indonesia," tandas Barata. "Semoga saja tidak berhenti di event ini saja, dan pertimbangkan eSports hadir di PON, tentu saja berharap PES tetap akan dipilih."

PES Indonesia sepertinya memiliki kans besar untuk mengukir prestasi di Asian Games 2018, mengingat player asal Indonesia sudah sangat bersaing dengan pemain top dunia lainnya. Hasil maksimal akan sangat berdampak ke kemajuan eSports di Indonesia ke depannya, sehingga apapun game yang terpilih sebagai cabang ekshibisi AG 2018 patut kita dukung sepenuhnya. Hidup eSports Indonesia, Jayalah di Asian Games!