Passion Pro Player PES, Kalahkan Segalanya!

Ryan Maldini
19/11/2019 15:31 WIB
Passion Pro Player PES, Kalahkan Segalanya!
Lucky Ma'arif: "Namanya cinta, coba lagi, dan coba lagi"

Punya impian sejak kecil ingin menjadi pro player merupakan idaman banyak gamer, apalagi bila merasa ini kemampuan yang benar-benar mereka bisa dan kuasai ketimbang profesi lain. Apakah sulit mencapainya? Selama kamu masih memiliki passion untuk menempuhnya, jalani sebisamu, dan nikmati segala proses tersebut sebagai pembelajaran!

Lika-liku ini pula yang dilalui oleh seorang pro player berprestasi dari ranah Pro Evolution Soccer (PES), Muchamad Lucky Ma'arif aka luckymaarif. Dari sekedar hobi bermain gim sejak masih siswa kelas 4, Lucky kecil sudah mulai memupuk mimpi jadi seorang pemain profesional PES yang disegani, dengan kalungan titel runner-up juara dunia!

"Saya sudah suka sama Winning Eleven (versi awal dari PES - red), karena ini gim pertama di PlayStation yang saya mainkan. Dan saya memang suka banget sama sepakbola," tutur Lucky, kepada tim Esports.ID saat ditanya kiprah awalnya bermain PES. "Kalau bisa memilih sih, pengennya semua gim saya ikutin, tapi sekarang rezekinya dari sini, ya saya fokus di PES saja."

Saking hobinya, Lucky terus bermain PES, sampai akhirnya dia memutuskan mulai turun berkompetisi di tahun 2011, sambil menjalani aktivitas sehari-harinya sebagai seorang pekerja kantoran. Demi passion menjadi pro player, dan mimpi sukses di ranah esports tanah air.

"Bisa dibilang susah-susah gampang ya haha. Dari tahun 2011 ke 2014, saya ikutan kompetisi PES di saat masih menjadi pegawai salah satu BUMN di Surabaya. Saat itu sih ga ada masalah ya..," ceritanya dengan sedikit berkelakar. "Tinggal bagaimana kita membagi waktu saja antara bermain dan melakukan kewajiban kerja kita. Tapi, sayangnya passion saya mengalahkan segalanya, dan saya pun harus meninggalkan pekerjaaan tersebut demi berkarir di PES haha.."

Dalam perjalanan panjangnya menembus dunia pro gamer, ada beberapa sosok yang memiliki arti penting bagi Lucky, dan memberi dukungan tanpa henti baginya agar terus bertahan serta mengejar impiannya. Termasuk orang yang pertama kali memperkenalkan dirinya pada gim PES itu sendiri, hingga sosok pemain panutan, tim lamanya, serta tentunya komunitas PES di Indonesia.

"Namanya, Banirsa. Dia sudah saya anggap seperti kakak sendiri. Dialah yang memperkenalkan saya pertama kali dengan gim Winning Eleven saat masih kelas 4 SD. And, he is like a proud father now! (dan kini dia seperti ayah yang bangga akan anaknya)" ungkap Lucky. "Kalau secara mental, rasa terima kasih kepada tim lama saya, Eyes Entertainment, dan ownernya, Ahmad Habibie. Beliau benar-benar membentuk mental saya dari yang gemetaran saat bertanding, takut kepada lawan, dan lain-lain, kini menjadi seseorang yang akan bertarung hingga akhir!"

Pengakuan Lucky, awalnya banyak yang tidak menyangka bahwa dia bisa jalan-jalan ke luar negeri cuma untuk bermain PES. Kini setelah teman-teman dan pihak keluarga mengetahui kalau dirinya sering mewakili Indonesia, mereka pun beri dukungan penuh. Terkadang, mereka malah tanya apakah ada siaran langsung pertandingannya, agar bisa nonton bareng (nobar) di tempat mereka nongkrong biasanya.

Selain mental, Lucky pun meningkatkan teknik permainannya berkat 'memadunya' dengan gaya bermain partner terdahulunya asal Surabaya, Batara Riasta (Fabio). Dirinya beranggapan bahwa permainan Batara itu meski simpel tapi mematikan saat pertandingan. Adakah pemain PES lain yang masuk kategori dikagumi oleh Lucky sepanjang berkarir pro?

"Banyak juga sih yang saya kagumi. Salah satunya adalah Usmakabyle (juara dunia) dan partner saya di Co-op (WANI), yakni Rio DS. Tapi, bisa dibilang untuk sekarang, saya benar-benar mengidolakan Rizky Faidan," umbarnya. "Saya kenal Faidan dari tahun 2015, dan sejak itu saya tahu benar bagaimana cepatnya dia belajar, lalu berkembang, sampai akhirnya bisa jadi salah satu yang terbaik di dunia sekarang. Seorang 17 tahun dan bisa bermain seperti layaknya veteran. Brilian!"

Intinya, dengan dukungan banyak pihak, Lucky masih merasa yakin mampu raih impiannya menjadi juara dunia lewat PES, meski pada beberapa momen, dirinya kadang mempertimbangkan untuk berhenti dan akhiri karirnya.

"Setiap tahun, semenjak 2017, saya selalu berpikir dan ingin sekali berhenti main PES, kemudian buka usaha sendiri. Namun, alhamdulillah, Allah selalu baik dengan saya. Ada saja momen di mana saya tiba-tiba bangkit dan sukses mewakili Indonesia, bahkan mendapatkan juara," cerita Lucky. "Suatu prestasi yang setiap orang ingin meraihnya. Dari situlah, kemudian saya berpikir, mungkin ini jalan-Nya dan saya harus terus fokus di bidang ini."

Begitu pula lingkungan komunitas PES di Indonesia yang terus berkembang dan makin solid, membuat keputusannya seakan tepat untuk tetap berkarya di kompetisi sepakbola virtual ini hari-hari ke depannya.

"Ga nyangka aja gitu, sekarang esports khususnya PES yang besar kayak gini. Malah jadi mata pencaharian banyak orang. Tetap bersyukur saja sih, saya bisa mendapatkan pemasukan dari sesuatu yang saya suka melakukannya," imbuh penyuka karaoke dan makanan pedas ini. Beberapa prestasi yang pernah diraih Lucky Ma'arif antara lain Juara 3 WESG 2018, Juara 1 PES League 2019 Regional Asia (Co-op), dan Juara 2 PES League 2019 World Final (Co-op), termasuk saat wakili Indonesia di ajang PES League SEA Final di Vietnam, tahun 2016.

Bicara target, Lucky sebenarnya masih mengincar titel juara dunia yang tahun ini terlepas dari genggaman setelah kalah di final dengan selisih 1 pertandingan saja. Tapi, ada misi lain dari penggemar klub sepakbola Inter Milan ini, yakni ingin lebih mengenalkan kepada seluruh pecinta esports di Indonesia, bahwa gamer lokal tuh bukan kaleng-kaleng dan tidak bisa dianggap remeh di esports global.

"Pencapaian tertinggi ya runner-up dunia tahun ini. Bermain di piala dunia PES dari dulu merupakan impian saya, dan banyak pemain PES lainnya. Saya amat bersyukur bisa bermain di kejuaraan tersebut. Semoga tahun depan bisa juara dunia. Amiin," papar Lucky. "Kalau yang terendah, malah lebih sering haha. Banyak kompetisi yang saya akhirnya gagal juga menjadi juara. Tapi, ya namanya cinta, coba lagi, dan coba lagi! :D"

Hal-hal unik lainya yang dialami Lucky sepanjang karir kompetisi PES antara lain saat regional final di Jepang dalam match grup terakhir melawan Beginners yang merupakan peringkat satu di klasemen. Lucky dan kawan-kawan butuh 3 gol untuk lolos ke World Final, dan mereka mampu melakukannya di menit ke-92, injury time.

"Saat kita berhasil melakukan di menit-menit terakhir pertandingan, saya benar-benar teriak lepas, terus memeluk Faidan dan Rio, haha...," tandasnya. "Luar biasanya lagi, kami berhasil mengulangi cerita yang sama saat World Final kemarin melawan wakil dari Brazil, Tigers Esports."

Sang pengusung formasi favorit 4-3-3 (possession ball) ini bahkan sempat blak-blakan mengenai besaran hadiah terbesar yang pernah ia terima, yakni 15.000 dolar AS, dari hasil runner-up World Final. Bandingkan dengan hadiah terkecil yang diterimanya dari sebuah turnamen, yang hanya berkisar 50 ribu Rupiah saja.

Apapun itu, Lucky Ma'arif sudah menunjukkan bahwa letih-perihnya memperjuangkan sebuah karir gamer profesional, namun jauh lebih penting untuk merasakan proses pembelajaran melalui banyak turnamen hadapi ragam tipe pemain, kawan maupun lawan, serta berbagai dukungan yang mengelilingimu agar tetap bertahan, lalu tetap bersyukur dengan hasil yang kamu capai buah kerja maksimal dirimu! Jadikan hal-hal tersebut sebagai ilmu pendampingmu di setiap aspek kehidupan nantinya.